Kamis, 30 September 2010

Resah......

Senja pada garis langit lintasan menyilaukan lensaku....
Siluet violet tak juga karamkan resahku...
Menambang asa, menebar harap pada lukisan langit yang memaksa tuk menghibur....
Kini perlahan senja mulai memainkan peran pengganti, mendepak violet, menghadirkan rona merah sembilu...
Kini lukisan langit tlah terganti oleh tarian pepohonan pada sisian jalanku....
Maaf aku tak terhibur, sebab alur resahku belum juga berujung....

Rabu, 29 September 2010

Diam...Luka....

Malam ini kita kembali bersua, melumatkan kembali rindu setelah sepekan kita sibuk pada diri kita masing-masing. Kita sama-sama tahu bahwa kamu dan aku memuja saat-saat seperti ini, sebab ada banyak hal yang selalu kita perbincangkan, dengan caramu dan caraku.

Sayang…. malam ini kita kembali saling menatap mata,saling tersenyum… aku dengan gayaku terus meracau tentang aktivitasku seminggu ini. Sayang…tahukah kamu, kalau aku senang dengan tatapanmu saat aku meracau tentang berbagai hal, pandangan matamu tak pernah lepas dari wajahku,bahkan seringkali matamu beradu dengan mataku, dan kulihat cinta itu hadir untukku.

Sayang….dua jam aku telah meracau didepanmu, namun tak sekalipun kau mengeluarkan satu kata dari bibirmu, dan tahukah kamu ini yang paling menarik sekaligus paling kubenci dari dirimu…entah aku merasa kau memperlakukanku istimewa dari yang lainnya, mungkin sebab kusadari, didepanku kau lebih banyak diam.

Kali ini kuhentikan ceracauku, dan mulai menanyakan tentang aktivitasmu, namun kau menjawabnya dengan diam dan tersenyum….aku tak puas, lalu mulai menuntutmu tuk berbagi denganku tentangmu seminggu ini, lagi-lagi kau menjawabnya dengan diam dengan sedikit kerutan dibawah mata, dan kutahu kau menjawabnya dengan diam dan sedikit gusar….kini kumulai menintrogasimu tentang kau dan hidupmu seminggu ini…lagi-lagi diam adalah jawabanmu dengan kerutan dikening, yang kupahami, bahwa kau telah menjawabnya meski itu hanya dengan diam.

Sayang tak tahukah kamu bahwa aku sanguins sejati???, memahamimu dalam diam adalah sebuah misteri besar, yang kadang berubah menjadi penyiksaan bagiku….

Sayang..lambat laun kuikuti bahasamu, dan kini kumulai terdiam. Dan kita memulai pembicaraan ini dengan diam….semenit…dua menit…tiga menit…kunikmati komunikasi ini, pandangan mata dan senyuman yang sering kau lemparkan membuatku teduh, dan merasa kita bisa mengakhiri ini dengan indah….namun sejam telah berlalu, desahan nafasmu dan nafasku semakin nyaring…kini kumulai merasa jengah…sebab kusadari kutak mampu melakukan ini.

Sayang…tak sadarkah kamu tentang sanguinsku??? Tak inginkah kamu sejenak keluar dari bahasamu dan mulai belajar menggunakan bahasaku?

Sayang….aku mulai resah tentang ini, kupikir kita sedang menselaraskan jalan kita…
Sayang…aku mulai jengah dengan bahasa diam ini, sebab kupikir diam yang ini bukanlah emas…
Sayang…aku mulai sedih memikirkan bahwa kita mulai menyadari bahasa kita berbeda…

Kita masih bertatapan dalam diam (lagi2 dengan bahasamu sayang..) dan kumulai menampakkan gelisahku dari raut wajahku, namun kau tetap diam. Sayang yang kutau kau pun menyadari bahasa diam ini mulai melelahkan buat sanguinsku yang juga berarti buat diriku….. namun kau tak pernah memberitahuku dalam diammmu tentang akhir dari pembicaraan ini…kini air mukamu mulai datar, tak menampakkan raut yang sedang berbicara dan kutau kali ini kau benar2 terdiam.

Mungkin pun kau mulai menyadari bahwa kau tak mampu melihat resahku dengan bahasa diammu, mungkin pun kau mulai menyadari bahwa kau tak mampu mengimbangi sanguinsku, atau suaramu terlalu mahal untukku?? Sayang…. Dan kita mengkhiri pertemuan mala mini dengan diam. Kuberlalu dengan diam, dan kaupun melepasku dengan diam…tak tahu isi hati dan kepalamu, yang kutau akuair mataku mulai menetes sebab yang kutau hatiku terluka oleh DIAM mu…sayang….

Minggu, 07 Juni 2009

AKU MEMILIH KEBENCIANMU

nadya

Lorong itu sepi
Tak ada yang memilih tuk melintas
karena didalamnya ada tangis, marah, dan keputus asaan

tapi aku...
Memilih lorong itu
Agar tak ada yang melintas bersamaku
agar aku ...
terukir , tak tertandingi dalam sapaanmu

Lorong itu ada dalam hatimu
Lorong itu bernama kebencian

Biarkan yang lain memilih lorong cintamu
dengan berjuta kata godaan

Rasaku tak serendah mereka
Hadir dengan sapaan yang tanpa sadar
merendahkanmu

Biarkan aku memilih kebencianmu
Biar hanya aku dan kamu yang merasakannya
Biar hanya aku yang mengertimu
Dari sudut lain dirimu....

Cappo.......June 2009

Selasa, 24 Februari 2009

Sekolah Rakyat (pendidikan alternatif) UPPM UMI Makassar


"indah, kamu kelas berapa?. tanyaku"saya kelas satu sekolah UPPM". jawab Indah dengan lugu.indah adalah salah satu "murid"sekolah rakyat, pendidikan alternatif yang kami bentuk bersama kawan-kawan di UKM Penerbitan Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.peserta didik kami adalah payabo (baca: pemulung dalam bahsa Makassar) dan penjual Jalang Kote (makanan tradisional makassar) yang menjajakan jualan mereka di kampus UMI Makassar.

sang kepala sekolah


Irsyadi Ramadhan, Ketua UPPM UMI periode 2005-2006 merangkap sebagai "kepala sekola UUPM".. "narsis......".

ektra kulikuler ala sekolah UPPM


"capek belajar terus, main bola yuk......!". teriak Andi tanpa memperdulikanku yang masih menjelaskan di depan "kelas". mungkin kondisi lingkungan mereka sehari-hari yang keras membuat mereka tidak peduli "perasaan orang lain". sepak bola dan karate yang dilaksanakan dengan menitip "murid-murid" kepada UKM. namun yang paling parah ketika tawuran antara Payabo (pemulung) versus penjual jalang kote. kami sering menjadi sasaran lemparan batu saat melerai tawuran mereka. "ini adalah dosa negara" ungkap Basri, salah seorang guru sekolah rakyat.

belajar bersama Alam.....


belajar di alam terbuka.... ranting pohon menjadi polpen kami, tanah adalah buku catatan kami, bumi adalah kelas kami, kami tidak butuh kalian... pejabat yang serakah. (puisi yang ditulis Ridho untuk penguasa)